Kamis, 29 Juli 2010

definisi geo

Definisi Geografi


Quantcast

Kata Geografi berasal dari bahasa Yunani :
Geo : bumi
Graphein : tulisan
Perhatian tentang ilmu geografi bukan hanya berhubungan dengan fisik alamiah bumi dan bagian-bagian alam semesta yang berpengaruh terhadap bumi saja, tetapi meliputi semua fenomena yang ada di permukaan bumi baik fenomena fisik maupun fenomena sosial. Pada dasarnya inti dari kajian ilmu Geografi adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan, berikut ini beberapa definisi tentang hakikat, konsep dan batasan geografi :
1. Strabo (1970): Geografi erat kaitannya dengan faktor lokasi, karakterisitik tertentu dan hubungan antar wilayah secara keseluruhan. Pendapat ini kemuadian di sebut Konsep Natural Atrribut of Place.
2. Preston E. James (1959): Geografi dapat dianggap sebagai induk ilmu pengetahuan karena banyak bidang ilmu pengetahuan yang selalu dimulai dari keadaan permukaan bumi, kemudian beralih pada studinya masing-masing.
3. Frank Debenham (1950): Geografi adalah ilmu yang bertugas mengadakan penafsiran terhadap persebaran fakta, menemukan hubungan antara kehidupan manusia dengan lingkungan fisik, menjelaskan kekuatan interaksi antara manusia dan alam.
4. James Fairgrive (1966) : Geografi memiliki nilai edukatif yang dapat mendidik manusia untuk berpikir kritis dan bertanggung jawab terhadap kemajuan-kemajuan dunia. Ia juga berpendapat bahwa peta sangat penting untuk menjawab pertanyaan “di mana” dari berbagai aspek dan gejala geografi.
5. Prof. Bintarto (1981) Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di permukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun yang menyangkut kehidupan makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, kelingkungan, dan regional untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan.
6. Hasil Seminar dan Lokakarya Ikatan Geografi Indonesia (IGI) di Semarang pada 1988; Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.
Dari pendapat di atas terdapat beberapa perbedaan pandangan mengenai definisi geografi, tetapi pada dasarnya semua ahli sepakat adanya elemen-elemen yang sama sebegai berikut :
1. Geografi termasuk ilmu pengetahuan bumi (earth science) dengan objek permukaan bumi sebagai lingkungan hidup manusia dan lingkungan tempat manusia dapat mengubah dan membangunnya.
2. Geografi memperhatikan persebaran manusia dalam ruang dan hubungan manusia dengan lingkungannya.
3. Dalam ilmu Geografi terdapat unsur-unsur utama, antara lain jarak, interaksi, gerakan dan persebaran.

perkembangan geo

Perkembangan Pandangan Geografi

Ilmu geografi mengalami perkembangan dalam sudut pandangnya, secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Geografi Ortodoks
Bidang kajiannya adalah suatu wilayah (region) dan analisis terhadap sifat sistematiknya, meliputi :
a. Geografi Fisik
Mempelajari tentang gejala fisik dari permukaan bumi yang meliputi tanah, air dan udara dengan segala prosesnya. Ilmu penunjang geografi fisik antara lain geologi, geomorfologi, pedologi, meteorologi, klimatologi dan oseanograsi.
b. Geografi Manusia
Mempelajari tentang kependudukan, aktivitas ekonomi, politik, sosial dan budaya. Ilmu penunjang geografi manusia antara lain geografi ekonomi, geografi penduduk, geografi perdesaan dan geografi perkotaan.
c. Geografi Regional
Mempelajari perwilayahan, misalnya daerah tropik, arid, kutub. Kajian ini menitikberatkan pada kultur suatu wilayah misalnya Afrika Utara, Eropa Barat, Asia Utara.
d. Geografi Teknik
Kajian ini merupakan kajian geograi yang lebih bersifat teknis dan babyak memanfaatkan teknologi dan metode-metode penelitian. lmu penunjang pada kajian ini misalnya Sistem Informasi Geografis, Kartografi, Penginderaan Jauh
2. Geografi Terintegrasi
Merupakan kajian geografi dengan pendekatan terpadu, yaitu integrasi elemen-elemen geografi sistematik yang terdiri dari geografi fisik dan geografi manusia dengan geografi regional. Dalam mengkaji suatu fenomena/gejala alam menggunakan pendekatan analisis keruangan, ekologi dan wilayah.

ilmu penunjang geo

ILMU-ILMU PENUNJANG GEOGRAFI

BEBERAPA ILMU PENUNJANG GEOGRAFI ANTARA LAIN :
  1. Geomorfologi : ilmu yang mengkaji bentuk-bentuk permukaan bumi dan penafsirannya tentang proses terbentuknya.
  2. Meteorologi : ilmu yang mengkaji tentang cuaca yang meliputi ciri-ciri fisik dan kimianya, tekanan, suhu udara, angin dan per-awanan.
  3. Klimatologi : ilmu yang mempelajari tentang iklim, yang meliputi sebab terjadinya, pengaruhnya terhadap bentuk fisik dan kehidupan di suatu wilayah.
  4. Biogeografi : ilmu yang mempelajari persebaran hewan dan tumbuhan di permukaan bumi serta faktor-faktor yang mempengaruhi, membatasi dan menentukan pola persebarannya.
  5. Antropogeografi : ilmu yang mempelajari persebaran manusia di permukaan bumi dalam hubungannya dengan lingkungan geografi.
  6. Hidrologi : ilmu yang mempelajari tentang fenomena air di bumi yang meliputi sirkulasi, distribusi, bentuk, serta sifat fisik dan kimianya.
  7. Oseanografi : Ilmu yang mempelajari fenomena lautan yang meliputi sifat air laut, gerakan air laut dan pasang surut air laut.
  8. Kartografi : ilmu yang mempelajari tentang peta meliputi tentang pembuatan, jenis dan pemanfaatannya.
  9. Demografi : ilmu yang mempelajari tentang kependudukan meliputi jumlah, pertumbuhan, komposisi dan migrasi penduduk.
  10. Pedologi : ilmu yang mempelajari tentang tanah, meliputi proses pembentukan, jenis-jenis dan persebarannya.
  11. Pengideraan Jauh : ilmu yang mempelajari gejala/fenomena geografi pada suatu alat dengan menggunakan bantuan media penginderaan jauh tanpa melakukan kontak secara langsung terhadap lokasi yang diamati.
  12. SIG (Sistem Informasi Geografi) : ilmu yang mempelajari tentang tata cara membuat peta secara komputasi dengan tahap-tahap input data, proses dan manajemen data, dan output data.

aspek & pendekatan geografi

ASPEK-ASPEK GEOGRAFI

Willian Kirk menyusun struktur lingkungan geografi menjadi 2, yaitu :
1. Aspek Fisikal
Aspek fisikal geografi meliputi :
a. Aspek Topologi
Membahas hal-hal yang berkenaan dengan letak atau lokasi suatu wilayah, bentuk muka buminya, luas area dan batas-batas wilayah yang mempunyai ciri-ciri khas tertentu.
b. Aspek Biotik
Membahas karakter fisik dari manusia, hewan dan tumbuhan
c. Aspek Non Biotik
Membahas tentang tanah, air dan atmosfer (termasuk iklim dan cuaca)
2. Aspek NonFisik
Aspek ini menitikberatkan pada kajian manusia dari segi karakteristik perilakunya. Pada aspek ini manusia dipandang sebagai fokus utama dari kajian geografi dengan memperhatikan pola penyebaran manusia dalam ruang dan kaitan perilaku manusia dengan lingkungannya. Beberapa kajian pada aspek ini antara lain :
a. Aspek Sosial
Membahas tentang adat, tradisi, kelompok masyarakat dan lembaga sosial.
b. Aspek Ekonomi
Membahas tentang industri, perdagangan, pertanian, transportasi, pasar dan sebagainya
c. Aspek Budaya
Membahas tentang Pendidikan, agama, bahasa, kesenian dan lain-lain.
d. Aspek Politik
Misalnya membahad tantang kepartaian dan pemerintahan.


PENDEKATAN-PENDEKATAN GEOGRAFI

Dalam mempelajari ilmu geografi, terdapat tiga pendekatan yang digunakan untuk mengkaji, yaitu :
1. Pendekatan Keruangan
Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui persebaran dalam penggunaan ruang yang telah ada dan bagaimana penyediaan ruang akan dirancang. Dalam mengkaji fenomena geografi dapat menggunakan 3 subtopik dari pendekatan keruangan, yaitu :
a. Pendekatan Topik
Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji masalah/fenomena geografi dari topik tertentu yang menjadi pusat perhatian, misalnya tentang wabah penyakit di suatu wilayah dengan cara mengkaji :
- penyebab wabah penyakit (misal : virus atau bakteri)
- media penyebarannya
- proses penyebaran
- intensitasnya
- interelasinya dengan gejala-gejala lain di sekitarnya.
Dengan pendekatan tersebut akan dapat diperoleh gambaran awal dari wabah penyakit yang terjadi.
b. Pendekatan Aktivitas
Pendekatan ini mengkaji fenomena geografi yang terjadi dari berbagai aktivitas yang terjadi. Misalnya hubungan mata pencaharian penduduk dengan persebaran dan interelasinya dengan gejala-gejala geosfer.
c. Pendekatan Regional
Pendekatan ini mengkaji suatu gejala geografi dan menekankan pada region sebagai ruang tempat gejala itu terjadi. Region adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang memiliki karakteristik tertentu yang khas.
2. Pendekatan Kelingkungan (Pendekatan Ekologis)
Digunakan untuk mengetahui keterkaitan dan hubungan antara unsur-unsur yang berada di lingkungan tertentu, yaitu :
- hubungan antar makhluk hidup
- hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungan alamnya
Contoh dari keterkaitan antar unsur misalnya petani di daerah lahan miring pasti akan melakukan kegiatan pertanian dengan sistem terrassering.
3. Pendekatan Kewilayahan
Merupakan kombinasi antara pendekatan keruangan dan kelingkungan. Misalnya dalam mengkaji wilayah yang memiliki karakaterisitik wilayah yang khas yang dapat dibedakan satu sama lain (areal differentation), maka harus diperhatikan bagaimana persebarannya (analisis keruangan) dan bagaimana interaksi antara manusia dengan lingkungan alamnya (analisis ekologi). Pendekatan wilayah sangat penting untuk pendugaan wilayah (reginal forecasting) dan perencanaan wilayah (regional planning).

skala peta2

Menghitung Skala Peta (3)


Menghitung Skala Pada Peta Yang Tidak Mencantumkan Informasi Skala

Karena sesuatu hal terkadang ada sebuah peta yang tidak mencantumkan informasi skala pada bagian peta tersebut. Hal ini tentu saja menyulitkan pengguna dalam membaca/menggunakan peta tersebut, karena skala merupakan komponen yang sangat vital untuk sebuah peta. Dengan skala para pengguna dapat menghitung jarak sebenarnya 2 obyek dalam suatu peta.

Untuk mengetahui skala pada peta yang tidak mencantumkan informasi skala, dapat kita cari dengan menggunakan berbagai cara antara lain :

  • Membandingkan jarak 2 obyek (titik) pada peta dengan 2 obyek pada jarak sebenarnya, dengan rumus :
Pembandingan menggunakan cara pertama ini sangat cocok digunakan untuk peta-peta yang berskala besar (peta yang lingkup wilayahnya sangat sempit), misalnya peta RT, peta RW, peta Dusun, dan peta pada kepemilikan lahan pribadi. Hal ini karena jika akan dilakukan pengukuran pada jarak sebenarnya maka kita tidak akan mudah melakasanakannya.
Contoh :
Sebuah peta kadaster yang tidak memiliki informasi skala setelah dilakukan pengukuran diketahui, jarak antara 2 obyek pada peta adalah 4 cm. Sedangkan pada pengukuran jarak antara 2 obyek sebenarnya di lapangan diketahui 30 meter. Berapakah skala peta tersebut?
S = Js : Jp
S = 30 meter : 4 cm
S = 3000 cm : 4 cm
S = 750 cm
Jadi skala peta tersebut adalah 1 : 750
================================================
  • Membandingkan dengan peta lain yang sama memiliki skala yang berbeda
Contoh :
Ronnir mendapatkan sebuah peta wilayah Kecamatan Majapahe tidak mencantumkan informasi skala. Untuk mengetahui skala peta tersebut kemudian Ronnie membandingkan dengan peta Kecamatan Majapahe yang lain yang ada informasi skalanya.  Dari hasil perbandingan diketahui jarak antara 2 titik pada peta yang tidak berskala tersebut adalah 2 cm, sedangkan pada peta yang berskala 1 : 100.000 jarak antara 2 titik yang sama adalah 5 cm. Maka berapa skala peta yang belum mencantumkan informasi skala tersebut?
P 2 = (J1 : J2) x P 1
P 2 = (5 : 2 ) x 100.000
P 2 = (2,5) x 100.000
P 2 = 250.000
Jadi skala pada peta yang belum mencantumkan informasi skala tersebut adalah 1 : 250.000
================================================
  • Jika peta yang tidak berskala tersebut peta topografi/kontur maka skala peta kita hitung dengan memperhatikan interval antar kontur (Ci – Contour Interval)
Contoh :
Sebuah peta topografi daerah gunung berapi diketahui memiliki jarak antar garis kontur sebesar 20 m, maka berapa skala pada peta kontur tersebut?
S = 2.000 x Ci
S = 2.000 x 20
S = 40.000
Jadi skala pada peta kontur tersebut adalah 1 : 40.00

skala peta

Menghitung Skala Peta (2)

 

Seorang pengguna peta terkadang akan merasa bahwa peta yang dia gunakan ukurannya terlalu kecil atau terlalu besar, dia merasa peta tersebut kurang ringkas jika dibawa sehingga dia kemudian memperbesar atau memperkecil peta yang dimilikinya itu agar menjadi mudah dia bawa.

Suatu peta jika diperbesar atau diperkecil ukurannya menggunakan media apapun, maka skalanya juga akan mengalami perubahan. Ada banyak media yang dapat digunakan untuk memperbesar/memperkecil peta, misalnya :
1. Mesin Fotokopi
2. Scanner
3. Pantograf

Pantograf-alat untuk memperbesar dan memperkecil peta
Pantograf-alat untuk memperbesar dan memperkecil peta
==================================================
Untuk menghitung skala baru dari peta yang diperbesar menggunakan rumus sebagai berikut :

Contoh soal :
Sebuah peta berskala 1 : 30.000 diperbesar 4 kali, maka berapa skala peta hasil perbesarannya?
Jawab :
—–1
= ——- x 30.000
--4
—–30.000
= ————–
———-4
= 7.500
Jadi skala baru pada peta hasil perbesaran tersebut adalah 1 : 7.500
Untuk menghitung skala baru dari peta yang diperkecil menggunakan rumus sebagai berikut :

Contoh soal :
Sebuah peta dengan skala 1 : 12.500 akan diperkecil 4 kali, maka berapa skala baru pada peta yang diperkecil tersebut?
Jawab :
——–4
= ————- X 12.500
——–1
= 4 X 12.500
= 50.000
Jadi skala baru pada peta yangdiperkecil tersebut adalah 1 : 50.000

pengetahuan peta

Menghitung Luas Wilayah Pada Peta (1)


Menghitung Luas Wilayah Pada Peta Menggunakan Sistem Grid

Sebuah peta memiliki informasi jarak yang dapat kita baca pada skala. Tetapi bagaimana dengan informasi luas wilayah?
Gambar pada suatu peta terbentuk atas unsur titik (dot), garis (line), dan area (poligon). Poligon merupakan garis  tertutup yang kedua ujungnya saling bertemu dan membentuk area. Area yang terbentuk ini akan membentuk luasan yang dapat kita ukur/hitung berapa besarnya. Menghitung luas suatu wilayah pada peta dapat kita lakukan secara manual dengan menggunakan Sistem Grid.
Menghitung dengan menggunakan sistem grid adalah dengan membuat petak-petak pada gambar peta dalam bentuk bujur sangkar yang berukuran sama. Penentuan panjang sisi  bujur sangkar secara umum dibuat 1 cm, tetapi dapat dimodifikasi tergantung kebutuhan. Kemudian hitung berapa jumlah kotak yang ada, dengan pedoman :

1. Kotak yang penuh dihitung satu
2. Jika ada kotak  yang terpotong oleh poligon maka :
  • area yang berada di dalam lebih luas/sama dengan area yang berada di luar poligon, dihitung satu kotak
  • area yang berada di dalam lebih sempit dengan area yang berada di luar poligon, tidak dihitung.
Contoh perhitungan jumlah kotak seperti pada gambar berikut :

Tahap tersebut baru menghitung jumlah kotak, untuk menghitung luas maka menggunakan rumus berikut :

Contoh Soal :
Menghitung Luas Wilayah dengan ukuran sisi bujur sangkar (grid) 1 cm
Sebuah peta wilayah pada gambar berikut ini memiliki skala 1 : 50.000, hitunglah luas wilayahnya dengan menggunakan sistem grid!
Jawab :
L = (Jumlah Kotak x Luas 1 Kotak dalam cm²) x (Penyebut Skala)²
L = (6 x (1 cm x 1 cm)) x (50.000)²
L = (6 x 1 cm²) x 2.500.000.000 cm²
L = 6 cm² x 2.500.000.000 cm²
L = 15.000.000.000 cm²
Kemudian dikonversi dalam ukuran luas yang lebih sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari
L = 150.000.000 dm²
L = 1.500.000 m²
L = 15.000 dkm²
L = 150 hm²
L = 1,5 km²
Menghitung Luas Wilayah dengan ukuran sisi bujur sangkar (grid) lebih dari 1 cm (misal pada soal berikut : 3cm)

Sebuah peta wilayah pada gambar berikut ini memiliki skala 1 : 25.000, hitunglah luas wilayahnya dengan menggunakan sistem grid!

Jawab :
L = (Jumlah Kotak x Luas 1 Kotak dalam cm²) x (Penyebut Skala)²
L = (9 x (3cm x 3 cm)) x (25.000)²
L = (9 x 9 cm²) x 625.000.000 cm²
L = 81 cm² x 625.000.000 cm²
L = 50.625.000.000 cm²
Kemudian dikonversi dalam ukuran luas yang lebih sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari
L = 506.250.000 dm²
L = 5.062.500 m²
L = 50625 dkm²
L = 506,25 hm²
L = 5,0625 km²

gempa bumi - seisme


Gempa Bumi 7.2 SR Aceh dan Tuhan yang Murka

Bumi Aceh alias  “Serambi Mekkah” Indonesia kembali diguncang gempa berkekuatan 7.2 SR (BMG) [1] atau 7.7 SR (USGS) [2] pada hari Rabu, 7 April 2010 pukul 05.15 WIB. Menurut laporan BMKG, pusat gempa berada di 2,30° LU dan 96,87 ° BT dengan pusat gempa sekitar 60 km tenggara Sinabang, Aceh, pada kedalaman 24 km.
Getaran gempa ini dirasakan didaerah yang dekat dengan sumber gempa yakni pesisir Barat Sumatera Utara dan Pulua Nias. Sementara beberapa wilayah yang berdekatan seperti Sumatera Barat dan Riau juga  merasakan getaran gempa  ini. Meski kekuatan gempa yang satu ini 100 x lebih kecil dari gempa 26 Desember 2004 lalu, tentu memori  psikologis  yang pahit dan trauma masih begitu melekat bagi masyarakat Aceh dan sekitarnya (yg mengalami).
Gempa dengan kekuatan 8.9 SR (BMG) atau 9.3 SR (USGS) pernah meluluhlantakkan bumi Rencong dan Nias dengan menghabisi lebih 126.000 korban jiwa. Tidak hanya di Aceh dan Nias, berbagai wilayah seperti Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Srilangka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika ikut merasakan dampak gempa yang disusul Tsunami ini. Tercatat gempa dan tsunami Aceh 26 Desember 2004 merupakan gempa terbesar  dalam 2 abad terakhir [3] dan merupakan gempa dengan peringkat ke-5 dari segi jumlah korban jiwa yakni mencapai kurang lebih 230.000 jiwa [4]

Gempa = Tuhan yang Murka?

Kita berharap gempa Aceh pada hari ini tidak tidak menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan  juga tidak menyebabkan kerusakan yang fatal.  Dan dari laporan terakhir, hanya ada 12 korban luka-luka dan beberapa bangunan rusak ringan [7]. Syukurlah tidak ada korban jiwa. Gempa bumi yang besar di daerah berpenghuni padat tentu akan menyebabkan ‘bencana’ bagi penduduk setempat. Gempa besar di Haiti, tentu bukan bencana bagi orang Indonesia pada umumnya. Dan gempa bumi besar di Atlantik, tentu bukanlah “bencana” langsung bagi penduduk bumi.
Namun, tidaklah asing lagi digenderang telinga, kita mendengar bahwa  gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir, ombak besar adalah hukuman dari Tuhan atas kemaksiatan dan kerusakan moral masyarakat. Ini semakin sering dilontarkan saat kita mendengar bencana di Aceh, Tasikmalaya, Padang, Cianjur, dan sebagainya.
Pertanyaan pertama, benarkah gempa bumi dan fenomena alam merupakan bentuk murkanya Tuhan pada manusia? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, silahkan lihat tabel dibawah ini.
Kekuatan Gempa dan Frekuensi Statistiknya [5]
Kekuatan Gempa
Dampak Gempa
Frequensi terjadi
< 2.0 SR Gempa skala mikro, tidak terasa +/- 8,000 per hari
2.0-2.9 SR Umumya tidak terasa +/- 1,000 per hari
3.0-3.9 SR Sering terasa, tapi tidak menyebabkan kerusakan. 49,000 per tahun
4.0-4.9 SR Beberapa benda (spt lampu) ikut bergetar, kerusakan dikit 6,200 per tahun
5.0-5.9 SR Dpt menyebabkan kerusakan pd bangunan yg tdk tahan gempa, hanya mencakup area kecil 800 per tahun
6.0-6.9 SR Dpt menyebabkan kerusakan pd bangunan radius 160 km 120 per tahun
7.0-7.9 SR Dpt menyebabkan kerusakan parah pd area yg lebih luas. 18 per tahun
8.0-8.9 SR Dpt menyebabkan kerusakan parah pd area ratusan km persegi. 1 per tahun
9.0-9.9 SR Menghancurkan areal hingga lebih dari 1000 km.. 1 per 20 tahun
10.0+ SR Belum pernah tercatat ~
Dari tabal diatas, gempa merupakan fenomena alam yang biasa. Bisa dilihat bahwa gempa yang dapat menyebabkan kerusakan yang fatal (7-7.9 SR) terjadi sekitar 18 kali per tahun. Artinya hampir tiap bulan terjadi gempa  yang cukup besar di bumi ini.  Dari sini, gempa tidak jauh berbeda dengan fenomena alam yang lain seperti banjir, tanah longsor, badai/topan. Hanya saja, gejala gempa sulit dideteksi sejak dini pada suatu wilayah. Namun yang pasti adalah selama lempeng-lempeng bumi ikut berotasi dengan kecepatan 1675 km/jam, maka perubahan sedikit saja di permukaan bumi akan menimbulkan gempa tektonik, terlebih lempeng-lempeng bumi bergerak relatif 6-10 cm/tahun.
Dengan hukum alam ini, maka berdoa seperti apapun juga, gempa pasti akan terjadi. Ini adalah fenomena alam yang pasti terjadi, selama bumi berotasi dan lempeng yang mengapung terus bergerak. Berdoa dan bersujud  pada Tuhan agar tidak terjadi gempa sama gilanya meminta-minta Tuhan tidak menurunkan hujan, atau lebih ekstrimnya berdoa agar tidak mati. Padahal, perubahan sedikit saja pada distribusi energi akan menyebabkan perbedaan suhu, pergerakan udara (angin), disparitas tekanan yang akhirya menyebabkan perubahan cuaca secara macroscale. Hujan deras atau angin kencang akan diikuti dengani banjir dan tanah longsor. Ini adalah fenomena alam. Begitu juga aktivitas matahari. Ini adalah fenomena alam pada umumnya, bukan kemurkaan Tuhan.
Pertanyaan pertama sudah terjawab bahwa gempa, topan, gunung meletus, adalah fenomena dari hukum alam, it’s very natural. Bukan hukaman Tuhan. Planet Jupiter juga hampir tiap tahun dihantam asteroid, dan kita tidak menganggapna  bencana bukan? Sekarang muncul pertanyaan kedua, apakah fenomena gempa baru terjadi saat ini sehingga kita menyebutnya sebagai bencana alam?
Jauh sebelum adanya peradaban manusia di bumi, sejak  ratusan juta yang lalu, bumi sudah berkali-kali dihantam meteor, dilanda gempa mahadashyat hingga memusnahkan spesies dinosaurus. Apakah fenomena gempa dan hujan meteor serta perubahan iklim (e.g ice age) ini adalah merupakan murka Tuhan?
Jika kita berpikir yang lebih rasional dan logic, maka semua fenomena alam itu justru merupakan proses menuju kesetimbangan yang baru bagi bumi ini. Tanpa adanya meteor yang jatuh, pergeseran lempeng, atau fenomena ‘bencana raksasa” lainnya, maka manusia sulit untuk muncul, manusia tidak memiliki tempat yang tepat untuk hidup dan survive. Tanpa bencana-bencana seperti itu, makhluk raksasa seperti dinosourus dan keluarganya yang akan mendominasi bumi, dan akan menghabisi makkhluk-makhluk kecil seperti manusia zaman purba dahulu.

Stop Menyalahkan Alam, Tuhan dan Manusia Lain!

Sangat menggelikan jika setiap kali gempa, maka masyarakat kita menghubung-hubungkan dan bahkan menjadikan keyakinan bahwa fenomena alam seperti gempa, tsunami, topan, banjir, ombak besar adalah adalah hukuman dari Tuhan atas kemaksiatan dan kerusakan moral masyarakat. Ketika gempa 30 September di Padang, banyak  masyarakat awam meyakini bahwa gempa itu terjadi akibat dari pergaulan pemuda Padang yang buruk selama bulan Ramadhan. Sungguh sangat disayangkan bahwa paradigma ini justru juga dianut oleh seorang Profesor Doktor.
Gempa yang terjadi di Sumbar merupakan cobaan dan peringatan, baik bagi warga di ranah Minang itu maupun di daerah lain…. Musibah gempa itu juga bisa berarti peringatan karena banyaknya maksiat atau perilaku masyarakat yang bertentangan dengan ketentuan agama. Untuk itu, selain bersabar, warga Sumbar yang mengalami musibah gempa tersebut juga harus banyak memohon ampun kepada Allah SWT karena mungkin banyak melakukan kesalahan…..Musibah tersebut juga peringatan untuk pemerintah agar lebih giat memberantas maksiat dan perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
-Prof Dr H. Abdullah Syah, MA – Ketua MUI Sumut- [6]
Bila seorang profesor dan tokoh masyarat sekaliber Ustad Abdullah Syah saja berpikiran demikian, bagaimana dengan masyarakat awam lainnya? Apakah mereka sama sekali tidak tahu bahwa gempa atau tsunami atau topan merupakan fenomena alam yang biasa bagi skala makro kesetimbangan energi dan massa bumi? Meskipun saya percaya adanya “buttefly effect”, namun terlalu jauh menghubungkan energi momen inersia rotasi bumi dengan kecepatan 1675 km/jam serta gerakan lempeng 6-10 cm sebagai akibat dari kemaksiatan dan degradasi moral. Atau lebih lucunya menyalahkan pemerintah yang korup dan seterusnya.
Jika kita cermatin lebih dalam lagi, pemikiran dan komentar ini justru menunjukkan arogansi “justifikasi”. Tanpa memberi pencerahan yang benar, alih-alih melakukan  “blame the victims”. Korban yang sudah menderita disalahkan lagi sebagai penyebab turunnya bencana. Jadi alih-alih bersimpati, sang komentator berpendapat bahwa korban memang layak mendapatkan penderitaan itu karena perbuatan maksiat yang telah dilakukannya. Apa benar demikian?
Kalau benar bencana alam itu hukuman bagi kemaksiatan, maka seharusnya yang menjadi korban adalah pelaku kemaksiatan dan orang yang mengalami demoralisasi. Tidaklah adil kalau orang yang tidak bersalahpun terkena hukuman, sementara pelaku maksiat dapat hidup enak diatas penderitaan “victim” yang di”blame”. Mengapa pula masyarakat Sumatera Barat harus menjadi korban akibat 660 anggota dewan yang akan dilantik secara glamor? Mengapa pula karena satu orang, lalu fenomena alam, energi bumi berubah 180 derajat?
Bagaimana dengan negara “kafir” seperti Jepang. Biarpun sering dilanda gempa, mengapa korban yang jatuh tidak sebanyak yang di Indonesia? Ya karena gempa memang sebuah fenomena alam normal bagi masyarakat Jepang, layaknya topan dan banjir. Korbannya sedikit dan dampak kerusakan minim karena usaha preventif masyarakat Jepang jauh lebih baik dari Indonesia.
Usaha preventif atau disiplin dalam meminimalisasi dampak (pencegahan) inilah yang kurang dalam bangsa ini. Kita kurang disiplin dimana saja kita berada. Di kantor, sekolah, pusat perbelanjaan maupun dijalan. Seberapa peduli kita  pada sabuk pengaman di mobil, memakai helm yang standar, atau mengantri dengan rapi? Seberapa peduli kita menjaga keselamatan penumpang lain?
Banyak bencana kecelakaan terjadi Indonesia, karena human error, karena egoisme kita sebagai manusia. Kita memaksa diri kita menjadi penumpang terakhir, meski kapasitas kapal/kendaraan sudah maksimum. Mengendarai kendaraan diatas kecepatan yang normal, lalu terjadi kecelakaan. Ditambah dengan tidak ada pelampung dan tidak memasang sabuk pengaman, dampak kecelakaan menjadi begitu fatal dan bahkan langsung tewas. Apakah ini namanya ‘bencana” begitu dahsyat? Sementara orang lain yang lebih preventif dapat mengurangi dan meminimalisis dampak?
Namun yang pasti, kita dapat belajar mengolah diri kita kapan saja. Dan ketika terjadi gempa bumi, kita dapat melatih diri untuk memiliki hati yang saling mendoakan, hati yang saling menolong, hati yang saling membantu dalam menghadapi akibat bencana. Kita sedang dilatih kecerdasan untuk membangun lingkungan yang lebih tahan terhadap bencana alam. Kita diberi hikmat untuk menjaga keutuhan lingkungan dan mencegah kerusakan alam akibat perbuatan kita.
Tampaknya, gempa bukanlah fenomena Tuhan marah, tetapi komentar dan pemikiran “blame of victim” terhadap fenomena gempalah membuat Tuhan murka…
Referensi:
[1] Antara, 7 April 2010
[2] USGS, 7 April 2010
[3] Wikipedia – List of earthquakes, accesed 7 April 2010
[4] Wikipedia – List of natural disasters, accesed 7 April 2010
[5] Wikipedia – Richter magnitude scale, accesed 7 April 2010
[6] Kompas, 1 Oktober 2009
[7] Okezone, Update 7 April 2010
Tulisan Terkait : Gempa Bumi 7.6 SR Sumatera Barat ditengah Glamour Rp 46 M Pelantikan DPR/DPD
Update:  Daftar Daerah yang Paling Sering Terkena  Gempa Bumi (Warna Hitam)

Pengetahuan geografi

Geografi Lingkungan dalam lingkup geografi

Pengertian Geografi dan Geografi Lingkungan
Sebelum mendefinisikan geografi lingkungan (environmental geography), sangat berguna untuk memandang terlebih dulu konsep geografi secara umum. Salah satu kesalahan konsep yang umum terjadi adalah memandang geografi sebagai studi yang sederhana tentang nama-nama suatu tempat. Implikasi dari pemahaman seperti itu menyebakan terjadinya reduksi terhadap hakekat geografi. Geografi menjadi pengetahuan untuk menghafalkan tempat-tempat dimuka bumi, sehingga bidang ini menjadi kurang bermakna untuk kehidupan. Geografi sering juga dipandanng identik dengan kartografi atau membuat peta. Dalam prakteknya sering terjadi para geograf sangat trampil dalam membaca dan memahami peta, tetapi tidak tepat jika kegiatan membuat peta sebagai profesinya.

Kata geografi berasal dari geo=bumi, dan graphein=mencitra. Ungkapan itu pertama kali disitir oleh Eratosthenes yang mengemukakan kata “geografika”. Kata itu berakar dari geo=bumi dan graphika=lukisan atau tulisan. Jadi kata geographika dalam bahasa Yunani, berarti lukisan tentang bumi atau tulisan tentang bumi. Istilah geografi juga dikenal dalam berbagai bahasa, seperti geography (Inggris), geographie (Prancis), die geographie/die erdkunde (Jerman), geografie/ aardrijkskunde (Belanda) dan geographike (Yunani).
Bertahun-tahun manusia telah berusaha untuk mengenali lingkungan di permukaan bumi. Pengenalan itu diawali dengan mengunjungi tempat-tempat secara langsung di muka bumi, dan berikutnya menggunakan peralatan dan teknologi yang makin maju. Sejalan dengan pengenalan itu pemikiran manusia tentang lingkungan terus berkembang, pengertian geografi juga mengalami perubahan dan perkembangan. Pengertian geografi bukan sekedar tulisan tentang bumi, tetapi telah menjadi ilmu pengetahuan tersendiri disamping bidang ilmu pengetahuan lainnya. Geografi telah berkembang dari bentuk cerita tentang suatu wilayah dengan penduduknya menjadi bidang ilmu pengetahuan yan memiliki obyek studi, metode, prinsip, dan konsep-konsep sendiri sehingga mendapat tempat ditengah-tengah ilmu lainnya.
Berkaitan dengan kemajuan itu, konsep geografi juga mengalami perkembangan. Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita, makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan tempat rekreasi yang kita nikmati.

Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan waktu.

Hasil semlok peningkatan kualitas pengajaran geografi di Semarang (1988) merumuskan, bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan.

James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaiatan dengan hubungan timbal balik antara manusia dan habitatnya.
Berdasarkan telaah terhadap konsep tersebut penulis berpendapat, bahwa geografi merupakan studi yang mempelajari fenomena alam dan manusia dan keterkaitan keduanya di permukaan bumi dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Dalam pengertian itu beberapa aspek yang esensial, yaitu (1) adanya hubungan timbal balik antara unsur alam dan manusia (reciprocal). (2) Hubungan itu dapat bersifat interelatif, interaktif, dan intergratif sesuai dengan konteksnya. (3) cara memadang hubungan itu berisifat keruangan.
Berdasarkan konsep tersebut, studi Geografi bekaitan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
* Where is it?
* Why is it there?
* So what?

Dalam kata yang lain, Geografi mempelajari penyebaran keruangan dari sesuatu (bahasa, kegiatan ekonomi, pencemaran, rote transportasi, tanah, iklim, dan dan fenomena lainnya) untuk menemukan mengapa fenomena itu menyebar sebagaimana adanya. Geografi selanjutnya mencoba untuk menggambarkan terjadinya distribusi itu, dan dengan pemahaman itu dapat mengusulkan pemecahan masalah yang terjadi.
Preston James mencoba untuk memecahkan pertanyaan apakah geografi dengan memberikan batasan geografi menjadi empat tradisi utama, yaitu:
1. The spatial tradition
Geographers have long been concerned with mapping and the spatial arrangement of things. Some geographers were developing statistical methods to improve both the description and analysis of such spatial patterns (James). Because this trend was not without its critics, the James article is often seen as a fence-mending effort within the discipline.
2. The area studies tradition
Geographers such as Reclus and Humboldt were famous for their exhaustive descriptions of places. Even today, many geographers develop an expertise in the study of one or two regions. Typically, geographers will learn the language or langauges spoken in the region being studied and they will develop an understanding of both the natural physical features and of the human activities and patterns. The goal is to become an expert on the region as it is and to study specific problems or questions about the region.
3. The man-land tradition
Beginning with George Perkins Marsh in the middle of the nineteenth century, geographers have sought to understand how the natural environment either determines or constrains human behavior and how humans, in turn, modify the physical world around them. Given the inherent sexism of this title, most geographers would now use the term “human-environment” to describe this tradition.
4. The Earth sciences tradition
Many geography programs in the United States emerged from geology departments, and the connection between the disciplines remains strong. Most geographers — even if they focus on human geography — receive some training in such physical geography areas landforms, climate, soils, and the distribution of plants.
Keberadaan geografi lingkungan tak terlepas dari masalah lingkungan, khsususnya hubungan antara pertumbuhan penduduk, konsumsi sumberdaya, dan peningkatan intensitas masalah akibat ekploitasi sumberdaya yang berlebihan. Geografi lingkungan dapat memberikan kombinasi yang kuat perangkat konseptual untuk memahami masalah lingkungan yang kompleks.
Geografi lingkungan cenderung pada geografi manusia atau intergrasi geografi manusia dan fisik dalam memahami perubahan lingkungan global. Geografi lingkungan menggunakan pendekatan holistik. Geografi lingkungan melibatkan beberapa aspek hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan. Untuk memahami masalah-masalah lingkungan tidak mungkin tanpa pemahaman proses ekonomi, budaya, demografi yang mengarah pada konsumsi sumberdaya yang meningkat dan generasi yang merosot. Kebanyakan proses tersebut kompleks dan tranasional. Solusi potensial hanya dengan memahami fungsi siklus biokimia (sirkulasi air, karbon, nitrogen, dan sebagainya) dan juga teknologi yang digunakan manusia untuk campur tangan pada siklus itu.
Atas dasar perspektif tersebut, dapat disarkan bahwa geografi lingkungan merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan fenomena alam (fisis) maupun manusia di permukaan bumi. (Environmental geography is the scientific study ot the location and spatial variation in both physical and human phenomena of Earth) (James Hayes-Bohanan).

Obyek Geografi
Setiap disiplin ilmu memilki obyek yang menjadi bidang kajiannyaObyek bidang ilmu tersebut berupa obyek matrial dan obyek formal. Obyek material berkaitan dengan substansi materi yang dikaji, sedangkan obyek formal berkaitan dengan pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam menganalisis substansi (obyek material) tersebut.
Pada obyek material, antara bidang ilmu yang satu dengan bidang ilmu yang lain dapat memiliki substansi obyek yang sama atau hampir sama.Obyek material ilmu geografi adalah fenomena geosfer, yang meliputi litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Obyek materal itu juga menjadi bidang kajian bagi disiplin ilmu lain, seperti geologi, hidrologi, biologi, fisika, kimia, dan disiplin ilmu lain. Sebagai contoh obyek material tanah atau batuan. Obyek itu juga menjadi bidang kajian bagi geologi, agronomi, fisika, dan kimia.
Oleh karena itu untuk membedakan disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu yang lain dapat dilakukan dengan menelaah obyek formalnya. Obyek formal geografi berupa pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam memahami obyek material. Dalam konteks itu geografi memilki pendekatan spesifik yang membedakan dengan ilmu-ilmu lain. Pendekatan spesifik itu dikenal dengan pendekatan keruangan (spatial approach). Selain pendekatan keruangan tersebut dalam geografi juga dikenali adanya pendekatan kelingkungan (ecological approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach).

Prinsip Geografi
Prinsip merupakan dasar yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan suatu fenomena atau masalah yang terjadi. Prinsip juga berfungsi sebagai pegangan/pedoman dasar dalam memahami fenomena itu. Dengan prinsip yang dimiliki, gejala atau permasalahan yang terjadi secara umum dapat dijelaskan dan dipahami karakteristik yang dimilikinya dan keterkaitan dengan fenomena atau permasalahan lain.
Setiap bidang ilmu memiliki prinsip sendiri-sendiri. Ada kemungkinan satu atau beberapa prinsip bidang ilmu itu memiliki kesamaan dengan prinsip bidang ilmu yang lain, tetapi juga ada kemungkinan berbeda sama sekali. Dalam bidang geografi dikenali sejumlah prinsip, yaitu: prinsip penyebaran, prinsip interelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi.
1. Prinsip Penyebaran
Dalam prinsip ini fenomena atau masalah alam dan manusia tersebar di permukaan bumi. Penyebaran fenomena atau permasalahan itu tidak merata. Fenomena sumber air tentu tidak dijumpai di semua tempat. Demikian pula permasalahan pencemaran air juga tidak dijumpai disemua sungai atau laut.
2. Prinsip Interelasi
Fenomena atau permasalahan alam dan manusia saling terjadi keterkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya. Keterkaitan itu dapat terjadi antara aspek fenomena alam dengan aspek fenomena alam lain, atau fenomena aspek manusia dengan aspek fenomena manusia. Fenomena banjir yang terjadi di wilayah hilir terjadi karena kerusakan hutan di bagian hulu. Kerusakan hutan alam itu dapat terjadi karena perilaku menusia. Perilaku manusia yang demikian terjadi karena kesadaran terhadap fungsi hutan yang rendah.
3. Prinsip Deskripsi
Fenomena alam dan manusia memiliki saling keterkaiatan. Keterkaitan antara aspek alam (lingkungan) dan aspek manusia itu dapat dideskripsikan. Pendiskripsian itu melalui fakta, gejala dan masalah, sebab-akibat, secara kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta, grafik, diagram, dll.
4. Prinsip Korologi
Prinsip korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip penyebaran, interelasi dan deskripsi. Fenomena atau masalah alam dan manusia dikaji penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang itu akan memberikan corak pada kesatuan gejala, kesatuan fungsi dan kesatuan bentuk.

Konsep Esensial Geografi
Konsep merupakan pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep esensial suatu bidang ilmu merupakan pengertian-pengertian untuk mengungkapan atau menggambaran corak abstrak fenomena esensial dari obyek material bidang kajian suatu ilmu. Oleh karena itu konsep dasar merupakan elemen yang penting dalam memahami fenomena yang terjadi.
Dalam geografi dikenali sejumlah konsep esensial sebagai berikut.
Menurut Whiple ada lima konsep esensial, yaitu:
1. bumi sebagai planet
2. variasi cara hidup
3. variasi wilayah alamiah
4. makna wilayah bagi manusia
5. pentingnya lokasi dalam memahami peristiwa dunia

Dalam mengungkapkan konsep geografi itu harus selalu dihubungkan dengan penyebarannya, relasinya, fungsinya, bentuknya, proses terjadinya, dan lain-lain sebagainya. Sebagai contoh ungkapan konsep “variasi cara hidup” setidaknya harus terabstraksikan mata pencaharian penduduk, proses terbentuknya mata pencaharian itu, penyebaran mata pencaharian itu, jumlah penduduk yang bekerja pada masing-masing mata pencaharian itu, dan dinamika mata pencaharian itu.
Menurut J Warman ada lima belas konsep esensial, yaitu:
1. wilayah atau regional
2. lapisan hidup atau biosfer
3. manusia sebagai faktor ekologi dominan
4. globalisme atau bumi sebagai planet
5. interaksi keruangan
6. hubungan areal
7. persamaan areal
8. perbedaan areal
9. keunikan areal
10. persebaran areal
11. lokasi relatif
12. keunggulan komparatif
13. perubahan yang terus menerus
14. sumberdaya dibatasi secara budaya
15. bumi bundar diatas kertas yang datar atau peta

Dengan menggunakan konsep-konsep tersebut dapat diungkapkan berbagai gejala dan berbagai masalah yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Penggunaan konsep itu akan memudahkan pemahaman terhadap sebab akibat, hubungan, fungsi, proses terjadinya gejala dan masalah sehari-hari. Selanjutnya dari kenyataan itu dikembangkan menjadi satu abstraksi, disusun model-model atau teori berkaitan dengan gejala, masalah dan fakta yang dihadapi. Jika ada satu masalah dapat dicoba disusun model alternatif pemecahannya. Sedangkan jika yang dihadapi suatu kenyaan kehidupan yang perlu ditingkatkan tarapnya, maka dapat disusun model dan pola pengembangan kehidupan itu. Dari berbagai konsep itu dapat disusun suatu kaidah yang tingkatnya tinggi dan berlaku secara umum yang disebut generalisasi.

Ruang Lingkup Geografi
Studi geografi mencakup analisis gejala manusia dan gejala alam. Dalam studi itu dilakukan analisis persebaran-interelasi-interaksi fenomena atau masalah dalam suatu ruang.
Menurut Rhoad Murphey ruang lingkup geografi sebagai berikut. (1) distribusi dan hubungan timbal balik antara manusia di permukaan bumi dengan aspek-aspek keruangan permukiman penduduk dan kegunaan dari bumi. (2) hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan fisiknya sebagai bagian studi perbedaan area. (3) kerangka kerja regional dan analisis wilayah secara spesifik.
Berdasarkan uraian tersebut terlihat, bahwa ruang lingkup geografi tidak terlepas dari aspek alamiah dan aspek insaniah yang menjadi obyek studinya. Aspek itu diungkapkan dalam satu ruang berdasarkan prinsip-prinsip penyebarannya, relasinya, dan korologinya. Selanjutnya prinsip relasi diterapkan untuk menganalisis hubungan antara masyarakat manusia dengan lingkungan alamnya yang dapat mengungkapkan perbedaan arealnya, dan penyebaran dalam ruang. Akhirnya prinsip, penyebaran, dan korologi pada studi geografi dapat mengungkapkan karakteristik suatu wilayah yang berbeda dengan wilayah lainnya sehingga terungkap adanya region-region yang berbeda satu sama lain.
Untuk mengunkanpan fenomena atau permasalahan yang terjadi digunakan pertanyaan-pertanyaan geografi. Untuk pertanyaan what? Geografi dapat menunjukkan fenomena apa yang terjadi? Untuk pertanyaan when, geografi dapat menunjukkan kapan peristiwa itu terjadi. Untuk pertanyaan where? Geografi dapat menunjukkan lokasi terjadinya peristiwa. Untuk pertanyaan why? Geografi dapat menunjukkan relasi-interelasi-interaksi-integrasi gejala-gejala itu sebagai faktor yang tidak terlepas satu sama lain. Untuk pertanyaan how? Geografi dapat menunjukkan kualaitas dan kuantitas gejala dan interelasi/interaksi gejala-gejala tadi dalam ruang yang bersangkutan.

Hakekat Geografi
Untuk mendapat konsep yang lebih mendalam dalam uraian berikut akan dibahas hakekat geografi. Menurut Karl Ritter bahwa geografi mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia. Dalam konsep itu, sebagai tempat tinggal manusia berkenaan dengan ruang yang memiliki struktur, pola, dan proses yang terbentuk oleh aktivitas manusia.
Selain itu konsep “tempat tinggal manusia” tidak hanya terbatas pada permukaan bumi yang ditempati oleh manusia, tetapi juga wilayah-wilayah permukaan bumi yang tidak dihuni oleh manusia sepanjang tempat itu penting artinya bagi kehidupan manusia.
Bertitik tolak pada pemikiran itu studi geografi meluputi segala fenomena yang terdapat dipermukaan bumi, baik alam organik maupun alam anorganik yang ada hubungannya dengan kehidupan manusia. gejala organik dan anorganik itu dianalisis peyebarannya, perkembangannya, interelasinya, dan interaksinya.
Sebagai suatu bidang ilmu, geografi selalu melihat fenomena dalam konteks ruang secara keseluruhan. Gejala dalam ruang diperhatikan secara seksama. Perhatian itu dilakukan dengan selalu mengkaji faktor alam dan faktor manusia, dan keterkaitan keduanya yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Gejala – interelasi- interaksi – integrasi keruangan menjadi hakekat kerangka kerja utama geografi. Kerangka analisisnya selalu menggunakan pertanyaan geografi.

Klasifikasi dan Cabang-Cabang Geografi
Disiplin ilmu geografi memiliki cakupan obyek yang luas. Obyek itu mencakup fenomena alam dan manusia, dan keterkaitan antar keduanya.Untuk mempelajari obyek yang demikian luas tumbuh cabang-cabang geografi yang dapat memberikan analisis secara mendalam terhadap obyek yang dipelajarinya. Cabang-cabang ilmu geografi dapat dirinci sebagai berikut.
Menurut Huntington, geografi terbagi empat cabang, yaitu:
1. Geografi Fisik yang mempelajari faktor fisik alam
2. Pitogeografi yang mempelajari tanaman
3. Zoogeografi yang mempelajarai hewan
4. Antropogeografi yang mempelajari manusia.
Menurut Muller dan Rinner, cabang-cabang geografi terdiri atas:
1. Geografi Fisik yang terdari atas geografi matematika, geografi tanah dan hidrologi, klimatologi, geografi mineral dan sumberdaya, geografi tanaman, dan geografi tata guna lahan
2. Geografi Manusia meliputi geografi budaya (geografi penduduk, geografi sosial, dan geografi kota), Geografi ekonomi (geografi pertanian, geografi transportasi dan komunikasi) geografi politik
3. Geografi regional
Menurut Hagget, cabang geografi dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Geografi fisik merupakan cabang geografi yang mempelajari gejala fisik di permukaan bumi. Gejala fisik itu terdiri atas tanah, air, udara dengan segala prosesnya. Bidang kajian dalam geografi fisik adalah gejala alamiah di permukaan bumi yang menjadi lingkungan hidup manusia. Oleh karena itu keberadaan cabang ilmu ini tidak dapat dipisahkan dengan mansuia.
2. Geografi Manusia
1. Geografi manusia merupakan cabang geografi yang obyek kajiannya keruangan manusia. Aspek-aspek yang dikaji dalam cabang ini termaasuk kependudukan, aktivitas manusia yang meliputi aktivitas ekonomi, aktivitas politik, aktivitas sosial dan aktivitas budayanya. Dalam melakukan studi aspek kemanusiaan, geografi manusia terbagi dalam cabang-cabang geografi penduduk, geografi ekonomi, geografi politik, geografi permukiman dan geografi sosial.
2. Geografi penduduk merupakan cabang geografi manusia yang obyek studinya keruangan penduduk. Obyek studi ini meliputi penyebaran, densitas, perbandingan jenis kelamin penduduk dari suatu wilayah.
3. Geografi Ekonomi merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya berupa struktur keruangan aktivitas ekonomi. Titik berat kajiannya pada aspek keruangan struktur ekonomi masyarakat, termasuk bidang pertanian, industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, jasa, dan sebagainya. Dalam analisisnya, faktor lingkungan alam ditinjau sebagai faktor pendukung dan penghambat struktur aktivitas ekonomi penduduk. Geografi ekonomi mencakup geografi pertanian, geografi industri, geografi perdagangan, geografi transportasi dan komunikasi.
4. Geografi Politik merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya adalah aspek keruangan pemerintahan atau kenegaraan yang meliputi hubungan regional dan internasional, pemerintahan atau kenegaraan dipermukaan bumi. Dalam geografi politik, lingkungan geografi dijadikan sebagain dasar perkembangan dan hubungan kenegaraan. Bidang kajian geografi politik relatif luas, seperti aspek keruangan, aspek politik, aspek hubungan regional, dan internasional.
5. Geografi permukiman adalah cabang geografi yang obyek studinya berkaitan dengan perkembangan permukimam di suatu wilayah permukaan bumi. Aspek yang dibahas adalah kapan suatu wilayah dihuni manusia, bagaimana bentuk permukimannya, faktor apa yang mempengaruhi perkembangan dan pola permukiman.
3. Geografi Regional merupakan diskripsi yang menyeluruh antara aspek manusia dan aspek alam (lingkungan). Fokus kajiannya adalah interelasi, interaksi dan integrasi antara aspek alam dan manusia dalam suatu ruang tertentu.
Dalam pengkajian gejala dan masalah geografi harus selalu terpadu. Walaupun geografi fisik mengkaji aspek fisik, tetapi selalu mengkaitkannya dengan aspek manusia dalam suatu “ruang”. Sebaliknya geografi manusia selalu mengkaitkan dirinya dengan aspek-aspek fisik geografi. Geografi akan kehilangan “jati dirinya” jika tidak terjadi konsep keterpaduan.
Dalam tataran sistematika tersebut, geografi lingkungan merupakan bagian dari geografi regional. Karena, dalam perspektif bidang ini memberi tekanan pada hubungan antara manusia dengan lingkungannya sehingga terlihat karakteristk lingkungan di wilayah tersebut.

Pendekatan-Pendekatan Geografi
Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami, yaitu:
1. obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang meliputi litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan
2. pendekatan geografi
Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati dirinya. Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya. Sejalan dengan hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu:
1. pendekatan keruangan,
2. pendekatan kelingkungan, dan
3. pendekatan kompleks wilayah